Profile Pasangan Calon Bupati BATANG


Lahir dari ibu bernama Hj. Siti Kodriyah dan ayah H. Suripto, masa kecil Yoyok tumbuh di .. Bawang, tlatah pegunungan yang agamis. Masa pendidikan dasar hingga menengah pertama ia habiskan juga di daerah yang sama, di kaki bukit Gunung Perahu. Baru saat melanjutkan pendidikan menengah atasnya, Yoyok melanjutkan di luar kotanya. Yakni di SMAN 1 Batang.

Selama bersekolah, dalam bidang pelajaran Yoyok dikenal sebagai siswa yang cerdas. Sementara oleh teman-teman sebayanya dalam pergaulan ia dikenal cukup sederhana. Namun di balik kesederhanaannya, ia dikenal juga sebagai pribadi yang tekun dan gigih dengan apa yang diinginkan dan diyakininya.
Sikap ini terlihat jelas setelah Yoyok lulus dari SMAN 1 Batang. Masuk AKMIL adalah cita-citanya, namun kesempatan belum diperolehnya. Masa dua tahun ia paksakan dirinya kuliah di UNDIP Semarang. Toh dengan ketekunan dan kegigihannya Yoyok akhirnya berhasil masuk AKMIL pada tahun 1991.
Setelah lulus AKMIL, sosok anak muda nggunung ini kemudian merampungkan Pendidikan Dasar Kecabangan Arhanud di Junrejo, Batu Malang tahun 1995. Dengan pangkat Letnan Dua Arhanud yang terpasang dipundaknya Yoyok memulai karir militer pertamanya dengan memasuki Satuan Batalyon Arhanudse 6 Kodam Jaya. Beberapa jabatan penting kemudian dipangku mulai dari Kepala Seksi Intelijen Batalyon Arhanudse-6, dan Perwira Seksi Operasi Detasemen Intelijen Kodam Jaya Jakarta pada tahun 2001. Perkembangan dan gerak anak dari Desa Bawang ini mulai meluas dan terbuka saat menjadi Komandan Badan Koordinasi Intelijen Daerah Jakarta Selatan pada tahun 2002. Tidak lama dipercaya tugas ini, Yoyok kemudian diberi mandat yang lebih besar dengan menjadi Komandan Koramil 03 Tanjung Priok dan merangkap sebagai Perwira Seksi Intelijen Kodim Jakarta Utara pada tahun 2002-2003. Pada masa inilah bakat kemimpinan mulai tampak nyata dengan kegigihannya berhasil membangun markas Koramil, walau tidak ada dana resmi dari Kodam Jaya.
Pada tahun 2004, dari posisi Danramil, Yoyok ditarik kembali di Kepala Sub Direktorat Pengerahan dan Penggalangan Massa Deputi V di Badan Intelijen Negara (BIN). Pada masa tugas karir di BIN ini ia sempat mendapat kepercayaan yang penuh dari atasannya. Yaitu ketika Yoyok ditunjuk kembali untuk menduduki jabatan strategis dan penting yang seharusnya dijabat oleh seniornya berpangkat dua tingkat lebih tinggi dari pangkat kapten Yoyok saat itu. Di lingkungan barunya ini Yoyok terus berusaha beradaptasi dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga akhirnya pimpinan memberikan kepercayaan untuk tugas ke daerah Papua pada tahun 2004. Tugas di Papua- di timur jauh Indonesia, bagi Yoyok adalah tugas yang harus dilaksanakan.
Di Papua, suatu saat, berawal dari penyamarannya sebagai pedagang, Yoyok akhirnya belajar berdagang sungguhan. Ia mulai menjalankan bisnis ritel dari ruang sepetak. Bermodal naluri bisnis yang mengalir dari orang tuanya yang pedagang, usaha bisnis pribadinya ini ternyata berjalan, dan bahkan dalam waktu singkat berkembang dengan baik. Toh di tengah kemajuan bisnis yang digeluti, Yoyok memang harus mulai berpikir ia berada dalam dua “dunia” yang semestinya harus dipisahkan. Suatu pengambilan keputusan hidup yang tak mudah diantara melepas profesi yang menjadi cita-citanya sejak kecil dengan kesuksesan baru dalam bisnis-- yang juga lahir dari ketekunannya dari bawah. Dan akhirnya keputusan itu lahir. Pada tahun 2008 dengan alasan, agar tidak dikatakan pecundang yang memanfaatkan jabatan militer untuk kepentingan bisnisnya, dan juga tentu setelah mendapat restu orang tuanya, ia mengambil langkah “unpredictable”. Yakni, pensiun dini dari TNI AD; dengan konsekwensi meninggal kan seluruh prestasi dan pilar-pilar keberhasilan yang telah ia rintis selama 14 tahun berkarir di dunia militer tanpa cacat. Ia pilih jalannya sendiri.
Waktu terus berjalan, bisnis yang ditekuni Yoyok mengalami kemajuan yang sangat pesat. Langkah bisnis Yoyok terus melaju dengan PT. Smile Papua dan PT. Papua Maju Sejahtera yang salah satunya bergerak dalam bisnis distro. Karena itu ia membutuhkan banyak tenaga pemuda. Dan tagertannya tidak lepas juga diambil dari pemuda daerah asalnya, Batang. Bukan sekedar menampung pekerjaan, Yoyok juga mendidik serta melatih ratusan tenaga muda-mudi se-asalnya itu menjadi pelaku bisnis handal yang bergabung dengan perusahaan yang ia pimpin.
Manajer handal tapi sekaligus punya kepedulian dengan yang lain tampaknya kian menyatu dalam sosok Yoyok. Dan itu nyata saat ia ikut sedikit berkontribusi dalam bidang pendidikan dengan memberikan beasiswa kepada siswa-siswi SMA berprestasi dari keluarga tak mampu. Program ini sudah berjalan selama 4 tahun mulai tahun 2008 hingga sekarang, yang dulu diawali di SMAN 1 Batang- tempat dulu Yoyok sekolah Hingga saat ini ada 536 siswa SMA negeri maupun swasta yang berprestasi dan kurang mampu yang tersebar di SMA sekab Batang telah mendapat beasiswa. Kerjasama dengan sekolah SMA pun dilanjutkan sampai pada tahap penandatanganan MoU untuk menyediakan tenaga kerja di perusahaan yang didirikannya. Kepedulian yang sama juga terlihat saat ia ikut menemani proses pemberdayaan beberapa Pesantren di Bawang, tempat lingkungannya Yoyok waktu kecil dengan suasana agamisnya. Yakni, dengan cara memberikan modal dan bimbingan usaha untuk dikembangkan Pesantren itu sendiri.
Hobi dan cintanya pada bola kaki, juga mendorong Yoyok untuk menghidupkan antusiasme masyarakat di bidang sepak bola. Kepeduliannya ini ia mulai dengan menyalurkan bakat sepak bola anak-anak muda Bawang dengan membidani lahirnya PS Merpati atau Laskar Gunung Prau U-20. Yoyok berharap dengan wadah yang dibentuknya tersebut mampu memberikan kontribusi yang positif bagi penyediaan lahirnya pesepakbola berbakat di Batang.
Kehidupan Yoyok dipenuhi kesibukan menjadi entrepeuner dan tokoh muda yang peduli pada masalah sosial, dengan pulang balik Papua-Jakarta-desa Bawang. Tidak dikira itu menjadi perhatian banyak tokoh masyarakat dan para kyai di Bawang. Ceritanya malam itu di Gor Bawang, pukul 20.00 WIB, mereka meminta Yoyok untuk lebih konsentrasi di kabupatennya sendiri. Tahun ini Batang, ada momentum perubahan yang menentukan yakni Pilkada, kata seorang tokoh masyarakat kepada Yoyok. Karena itu kami meminta dengan sangat agar saudara Yoyok bismilah berusaha maju ke pemilukada, lanjutnya. Tentu pilihan yang tak mudah bagi Yoyok dan juga keluarganya untuk menerima aspirasi tersebut menyadari perpolitikan di Batang di bawah dominasi kekuasan yang kuat dan akan melanggengkannya. Perlu waktu cukup lama dorongan itu dipikirkan masak-masak.
Ia merunut kembali perjalanan hidupnya. Dan setelah mendapat pertimbangan dan terutama restu bundanya, dan restu hampir seluruh kyai di Bawang maka di pertemuan berikutnya Yoyok kemudian menerima panggilan itu. Sayup sayup Yoyok teringat pepatah Jerman, Und Setz ihr nicht das leben ein, nie wird euch das leben gewonen sein ...bahwa hidup yang tak pernah dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan! Ya memenangkan hidup bukan sekedar untuk pribadinya, namun untuk perubahan kehidupan bersama di Batang yang lebih baik.
Route perjalanan hidup yang cukup bergolak walau dalam usia yang relatif muda, memang menggambarkan Yoyok kesederhanaan anak nggunung namun dengan vitalitas dan daya gerak yang tinggi. Dan kebutuhan kepempinan dasar dimanapun termasuk di Batang ke depan memerlukan vitalitas dan darah segar seperti sosok Yoyok muda ini. Jaringan dan pengalamannya memimpin bisnisnya adalah juga modal yang cukup potensial untuk kepemimpinan yang dapat merubah Batang lebih sejahtera ke depan.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © YODI-CENTER