YODI FIGUR PALING JOSS
YODI: Pasangan Pengusaha Muda dan Mantan Birokrat Kawakan:
Diantara calon yang akan meramaikan Pilkada Batang adalah calon Bupati YOYOK RIO SUDIBYO dan H Soetadi. Ini lah calon yang memang telah berpasangan sejak mula awal. Bagaimana kans mereka untuk pemenangan?
Visi kami adalah bagaimana ke depan pemerintahan dapat efektif, bersih, dan menguatkan ekonomi daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Batang. Dan kita akan mulai dengan membangun mentalitas baru birokrasi agar mereka bisa bekerja penuh daya guna. Ini agenda yang cukup mendesak.
Kita harus berani melakukan berbagai kebijakan terobosan dalam hal-hal menyangkut kebutuhan dasar rakyat (aspek pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi rakyat).
Secara strategis akan diwujudkan bagaimana sustainaibelitas lulusan anak didik tingkat menengah pertama ke menengah atas dengan mengembangkan dukungan nyata pembangunan fasilitas pendidikan baru, yang variatif-kreatif.
Dalam kaitan pengembangan ekonomi tentu kita harus banyak menggalang investasi dari luar. Tapi pada saat bersamaan tampaknya harus kita mulai dengan mengembangkan investasi yang kita punya yakni resource dan sumberdaya alam dan keaneka ragaman kita sendiri (Limpung-Bandar, dua kecamatan satelit wilayah selatan)
Di kota akan dikembangakn sektor informal dan jasa serta industri pengelohan yang kuat. Pada aras pesisir dipikirkan betul bagaimana merevitalisasi dan mengamankan pendapatan nelayan.
Sementara pada aras rural (desa) kami akan melakukan terobosan dengan budidaya pertanian yang lebih masif namun sadar lingkungan, dan serentak dengan ini membangun home industri pengolahan hasil hasil pertanian
sosok yoyok:
Pada tahun 2008 dengan alasan, agar tidak dikatakan pecundang yang memanfaatkan jabatan militer untuk kepentingan bisnisnya, dan juga tentu setelah mendapat restu orang tuanya, ia mengambil langkah “unpredictable”. Yakni, pensiun dini dari TNI AD; dengan konsekwensi meninggalkan seluruh pundi-pundi prestasi dan pilar-pilar keberhasilan yang telah Yoyok rintis dengan keringat dan air mata selama 14 tahun berkarir di dunia militer tanpa cacat.
Lulus akademi militer tahun 1994 yang sejak 17 tahun berkarier di militer dengan cermerlang dan sangat beranibini memutuskan pensiun dini dari TNI-AD,pada saat umur masih 35 tahun dan sudah berpangkat mayor pensiun dini dari militer menyulut semangat menjadi pedagang semakin menbara dengan modal paspasan YOYOK, dalam waktu singkat telah berhasil mengembangkan usahanya dan menampung tenaga kerja 400an pemuda-pemudi se kabupaten Batang. Sekarang belajar berdagang bersama yoyok karena kepiawaian berdagang ini, kini YOYOK kerap dipanggil menjadi pembicara seminar wirausaha di beberapa perguruan tinggi di tengah kesibukanya ternyata YOYOK telah 4tahun ini andil memajukan pendidikan di kabupaten Batang dengan memberikan Beasiswa hamper di seluruh SMA Negri maupun Swasta se kabupaten Batang. Sosok pemuda ini juga terkenal gila bola terbukti telah 2 tahun lebih menjadi sponsor tunggal pembibitan sepak bola merpati ( Batang FC ) U-21 para bibit musa sekabupaten Batang, kini YOYOK RIYO SUDIBYO kembali untuk mengabdi segudang harapan besar masyarakat digantungkan pada sosok ini untuk perubahan Batang.
sosok soetadi:
Penampilannya yang sederhana dan tutur katanya yang lembut namun tegas dalam hal-hal prinsip, masih tersimpan di hati warga tiga kecamatan --Limpung, Warungasem dan Subah-- yang Soetadi pimpin. Apalagi ketika melihat sosok Soetadi yang kini telah purna dari kedinasan Setda, masih tetap sederhana dengan mobil kijang super bututnya dan rumah mungil yang jauh dari mewah. Hingga Soetadi dikenal dengan sebutan Mr. Clean.
Karena kesederhanaan dan sifat MERAKYATNYA entah mengapa pada saat pejabat diperpanjang masa jabatanya SUTADI tidak di perpanjang sendiri dan menjabat sekda 5 tahun lebih 7 bulan memiliki karir sebagai pejabat pemerintah dan selalu menduduki jabatan strategis sepanjang karirnya. Setelah pensiun SUTADI tetap saja menduduki rumah warisan di pojokan jalan A.YANI Batang karena belum memiliki rumah sendiri, ditemani dengan kijang butut miliknya. Hal menarik lainya manakala menjadi sekda dan memimpin pemilihan calon pegawai anaknya mendaftar berkali-kali juga tidak ada yang diterima, kini SUTADI telah pensiun dan menjabat ketua RT suatu kebanggan luar biasa jika SUTADI juga siap berkopetisi satu tekad dan tujuan pengabdian sekali lagi bagi sosok SUTADI untuk perubahan Batang menjadi lebih baik dan untuk menutup pengabdian sekali lagi dengan ukiran nama prestasi buat kenangan akhir hidupnya di Batang.
Keputusan pemilihan pada Yodi menunjukkan bukti bahwa tidak kebnayakan orang di Batang ini dapat dibeli dan di gadaiakan cita-cita politik untuk kemsalahatan bersamanya. Kami sadar memilih cara yang kami anggap ini benar dan semoga menjdi penerang keglapan kehidupn politik Batang yang prgamatis. Dan kami yakin dengan ini kemengann tetap tergapai. Kemenangan untuk kewarasan, akal sehat, dan pemimpin yang “hambeg para marta”, penuh akal dan pandai berbuat bagi pemenuhan kepuasan sebesar-besarnya rakyat Batang.
Yoyok putra dari pasangan H. Suripto dan Hj Mudrikah? ….. Istri dikenal namanya Tipuk asline sopo sek tak tekookke sik. Anak 2 putra semua
Profile Pasangan Calon Wakil Bupati BATANG
Meski dilahirkan di Boyolali, timur gunung Merbabu, lelaki berperawakan kecil ini sudah sebagaimana orang Batang asli, mungkin bahkan lebih dari orang–orang yang memang lahir jebrol di tanah Batang. Telah lebih 35 tahun Soetadi memang menjalani hidup dan berkeluarga di Batang. Tak tanggung-tanggung Soetadi isi kehidupan di Batang tersebut dengan menjalankan amanah silih berganti jabatan penting di Soetadi lingkungan birokrasi. Mulai dari
Sekwilcam tahun 1977 dan Camat di Limpung 1993, Camat di Warungasem 1983, Camat di Subah 1987 dan kemudian menjadi kepala Bagian Pemdes (1997) dan assisten Adminitrasi di Setda Batang pada tahun 1999, hingga naik menjadi Kepala Bapeda 2001, dan kembali lagi di Setda sebagai orang nomer satu pada bulan Februari 2004-2009.
Jabatan dan jejak pengabdian itulah yang lalu banyak orang menyebut ia sebagai sosok yang telah hafal rasanya asam garamnya birokasi. Warga di mana Soetadi berdinas memang mencatat sosok Soetadi sebagai birokrat yang mumpuni di setiap tugasnya dan meninggalkan jejak kemajuan yang baik di daerah di mana Soetadi memegang kepimpinan. Penampilannya yang sederhana dan tutur katanya yang lembut namun tegas dalam hal-hal prinsip, masih tersimpan di hati warga tiga kecamatan --Limpung, Warungasem dan Subah-- yang Soetadi pimpin. Apalagi ketika melihat sosok Soetadi yang kini telah purna dari kedinasan Setda dengan pangkat terakhir golongan IV e- suatu pangkat tertinggi dan masih satu-satunya dikalangan pejabt Pemda (PNS) di Batang, masih tetap sederhana dengan mobil kijang super bututnya dan rumah mungil, peninggalan mertuanya yang jauh dari mewah.
Birokrat sejati mungkin itu gambaran yang tepat atas sosok Sutadi. Kesejatian itu memang ia bentuk dari kiprah dan perannya saat bertugas, yang bukan sekedar untuk jabatannya tapi pada pilihan untuk bermakna bagi liyan melalui jalan kepamongprajaan sebagai pilihan hidupnya. Sebagai seorang birokrat Sutadi adalah birokrat plus, kenang seorang warga biasa dari kecamatan Limpung. Sosok Sutadi memang tak dapat dilepaskan dengan kepercayaannya akan jalan musyawarah sebagai sikap kepemimpinannya. Dan cerita demikian tidaklah mengada-ada. Saat ada sengekta berkait 23 kios pasar yang sudah sampai putusan PK oleh pengadilan namun tak kunjung pupus di Limpung, Sutadi kala itu tampil dengan ringannya membantu menfasilitasi pemecahannya. Singkat cerita dengan waktu dan rumahnya yang dipakai untuk berkali-kali pertemuan, sengketa itu dapat terpecahkan dan diakhiri. Cerita dan pengalaman ini akhirnya bukan hanya diterima hasilnya oleh para pihak yang bersengketa, namun memberi keyakinan manusia birokrat Sutadi akan arti penting nilai–nilai caracara musyawarah untuk mufakat dalam penyeleisan kasus yang ditemui dalam kedinasan berikutnya.
Bagi Sutadi, nilai kedinasan yang menjadi prinsipnya juga jauh untuk tidak selalu ABS dan dengan andalan jenjang kepangatan apalagi dengan sok kuasa dan bentak-bentak terhadap anak buah. Prinsip anti kekerasan ini kiranya telah jadi pilihannya selama perjalanan dinasnya. Walau ia sendiri pernah menyebutnya dulu ada satu pendidikan yang diikutinya untuk memakai cara militer seperti itu. Sosok Sutadi yang lebih mendahulukan cek-ricek dengan pola santun ini muncul, karena sutadi memng melihat manusia adalah sama . Sebgaiamana ia pernah dapatkan dari pengalaman yang sama bahwa kebenaran dan pengetahuan tidak memandang status kaya miskin, termasuk dari tukang becak sekalipun kala ia ngobrol bersamanya di awal awal menjadi camat baru di Warung Asem.
Pepatah mengatakan the right man in the right place kiranya tepat menggambarkan profesionalisme Soetadi dalam tugas kepamongprajaan. Pengalaman panjang sosok Soetadi dalam bidang birokrasi ini menjadi langka dan kiranya sayang untuk dibiarkan terbuang dengan habisnya waktu bagi saat menentukan perubahan birokrasi Batang lebih baik ke depan.
Masa kecil pendidikan Soetadi diselesaikan di Solo hingga lulus dari SMAN 1 Surakarta. Masa muda dengan cita-cita mulai terbentuk untuk menjadi pamong praja membuat Soetadi pindah ke Semarang untuk menyelesaikan APDN Semarang pada tahun 1972-1975. Setelah satu tahun dari kelulusan APDN di Semarang inilah sosok muda Soetadi datang ke Batang, suatu kota yang kemudian berpuluh-puluh tahun berikutnya menjadi rumah pengabdiannya dan tak pernah ditinggalkannya. Di Batang pula Soetadi sembari mengabdikan dalam kedinasan pemerintahan memperdalam ilmu hukum di Universitas Pekalongan dan lulus tahun 1998. Rupanya kehausan akan ilmu untuk menjadi referensi bagi pengadiannya di pemerintahan belum terpenuhi hingga Soetadi masuk pendidikan tingkat Megister Manajemen yang ia selesaikan di Universitas Trianandra Jakarta pada tahun 2004.
Berpuluh-puluh tahun Soetadi mengabdi di lingkungan birokrasi pemerintahan dan telah memberikan bekal pengalaman yang tak terhingga bagi Soetadi. Hingga menjadi pensiunan, Soetadi seperti di saat berada di Setda seringkali mendengarkan dan memikirkan keluh kesah dari para teman-teman koleganya dulu di lingkungan birokrasi dan membantu untuk menyelesaikannya. Dan banyak peristiwa yang harus dilaluinya hingga pada kesimpulan dan keyakinannya bahwa jika salah urus Batang ini dibiarkan terus menerus terjadi maka akan semakin memperparah kondisi Batang. Keyakinan itu pula yang memberikan energi baru bagi Soetadi dari yang seharusnya telah pensiun, dan menikmati menjadi sekadar ketua RT, merasa harus melanjutkan pengabdiannya bagi warga Batang, menemani Yoyok Riyo Dibyo, bersama-sama mendorong terwujudnya sejahtera di Batang, terutama bagi rakyat Batang.***
Profile Pasangan Calon Bupati BATANG
Lahir dari ibu bernama Hj. Siti Kodriyah dan ayah H. Suripto, masa kecil Yoyok tumbuh di .. Bawang, tlatah pegunungan yang agamis. Masa pendidikan dasar hingga menengah pertama ia habiskan juga di daerah yang sama, di kaki bukit Gunung Perahu. Baru saat melanjutkan pendidikan menengah atasnya, Yoyok melanjutkan di luar kotanya. Yakni di SMAN 1 Batang.
Selama bersekolah, dalam bidang pelajaran Yoyok dikenal sebagai siswa yang cerdas. Sementara oleh teman-teman sebayanya dalam pergaulan ia dikenal cukup sederhana. Namun di balik kesederhanaannya, ia dikenal juga sebagai pribadi yang tekun dan gigih dengan apa yang diinginkan dan diyakininya.
Sikap ini terlihat jelas setelah Yoyok lulus dari SMAN 1 Batang. Masuk AKMIL adalah cita-citanya, namun kesempatan belum diperolehnya. Masa dua tahun ia paksakan dirinya kuliah di UNDIP Semarang. Toh dengan ketekunan dan kegigihannya Yoyok akhirnya berhasil masuk AKMIL pada tahun 1991.
Setelah lulus AKMIL, sosok anak muda nggunung ini kemudian merampungkan Pendidikan Dasar Kecabangan Arhanud di Junrejo, Batu Malang tahun 1995. Dengan pangkat Letnan Dua Arhanud yang terpasang dipundaknya Yoyok memulai karir militer pertamanya dengan memasuki Satuan Batalyon Arhanudse 6 Kodam Jaya. Beberapa jabatan penting kemudian dipangku mulai dari Kepala Seksi Intelijen Batalyon Arhanudse-6, dan Perwira Seksi Operasi Detasemen Intelijen Kodam Jaya Jakarta pada tahun 2001. Perkembangan dan gerak anak dari Desa Bawang ini mulai meluas dan terbuka saat menjadi Komandan Badan Koordinasi Intelijen Daerah Jakarta Selatan pada tahun 2002. Tidak lama dipercaya tugas ini, Yoyok kemudian diberi mandat yang lebih besar dengan menjadi Komandan Koramil 03 Tanjung Priok dan merangkap sebagai Perwira Seksi Intelijen Kodim Jakarta Utara pada tahun 2002-2003. Pada masa inilah bakat kemimpinan mulai tampak nyata dengan kegigihannya berhasil membangun markas Koramil, walau tidak ada dana resmi dari Kodam Jaya.
Pada tahun 2004, dari posisi Danramil, Yoyok ditarik kembali di Kepala Sub Direktorat Pengerahan dan Penggalangan Massa Deputi V di Badan Intelijen Negara (BIN). Pada masa tugas karir di BIN ini ia sempat mendapat kepercayaan yang penuh dari atasannya. Yaitu ketika Yoyok ditunjuk kembali untuk menduduki jabatan strategis dan penting yang seharusnya dijabat oleh seniornya berpangkat dua tingkat lebih tinggi dari pangkat kapten Yoyok saat itu. Di lingkungan barunya ini Yoyok terus berusaha beradaptasi dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga akhirnya pimpinan memberikan kepercayaan untuk tugas ke daerah Papua pada tahun 2004. Tugas di Papua- di timur jauh Indonesia, bagi Yoyok adalah tugas yang harus dilaksanakan.
Di Papua, suatu saat, berawal dari penyamarannya sebagai pedagang, Yoyok akhirnya belajar berdagang sungguhan. Ia mulai menjalankan bisnis ritel dari ruang sepetak. Bermodal naluri bisnis yang mengalir dari orang tuanya yang pedagang, usaha bisnis pribadinya ini ternyata berjalan, dan bahkan dalam waktu singkat berkembang dengan baik. Toh di tengah kemajuan bisnis yang digeluti, Yoyok memang harus mulai berpikir ia berada dalam dua “dunia” yang semestinya harus dipisahkan. Suatu pengambilan keputusan hidup yang tak mudah diantara melepas profesi yang menjadi cita-citanya sejak kecil dengan kesuksesan baru dalam bisnis-- yang juga lahir dari ketekunannya dari bawah. Dan akhirnya keputusan itu lahir. Pada tahun 2008 dengan alasan, agar tidak dikatakan pecundang yang memanfaatkan jabatan militer untuk kepentingan bisnisnya, dan juga tentu setelah mendapat restu orang tuanya, ia mengambil langkah “unpredictable”. Yakni, pensiun dini dari TNI AD; dengan konsekwensi meninggal kan seluruh prestasi dan pilar-pilar keberhasilan yang telah ia rintis selama 14 tahun berkarir di dunia militer tanpa cacat. Ia pilih jalannya sendiri.
Waktu terus berjalan, bisnis yang ditekuni Yoyok mengalami kemajuan yang sangat pesat. Langkah bisnis Yoyok terus melaju dengan PT. Smile Papua dan PT. Papua Maju Sejahtera yang salah satunya bergerak dalam bisnis distro. Karena itu ia membutuhkan banyak tenaga pemuda. Dan tagertannya tidak lepas juga diambil dari pemuda daerah asalnya, Batang. Bukan sekedar menampung pekerjaan, Yoyok juga mendidik serta melatih ratusan tenaga muda-mudi se-asalnya itu menjadi pelaku bisnis handal yang bergabung dengan perusahaan yang ia pimpin.
Manajer handal tapi sekaligus punya kepedulian dengan yang lain tampaknya kian menyatu dalam sosok Yoyok. Dan itu nyata saat ia ikut sedikit berkontribusi dalam bidang pendidikan dengan memberikan beasiswa kepada siswa-siswi SMA berprestasi dari keluarga tak mampu. Program ini sudah berjalan selama 4 tahun mulai tahun 2008 hingga sekarang, yang dulu diawali di SMAN 1 Batang- tempat dulu Yoyok sekolah Hingga saat ini ada 536 siswa SMA negeri maupun swasta yang berprestasi dan kurang mampu yang tersebar di SMA sekab Batang telah mendapat beasiswa. Kerjasama dengan sekolah SMA pun dilanjutkan sampai pada tahap penandatanganan MoU untuk menyediakan tenaga kerja di perusahaan yang didirikannya. Kepedulian yang sama juga terlihat saat ia ikut menemani proses pemberdayaan beberapa Pesantren di Bawang, tempat lingkungannya Yoyok waktu kecil dengan suasana agamisnya. Yakni, dengan cara memberikan modal dan bimbingan usaha untuk dikembangkan Pesantren itu sendiri.
Hobi dan cintanya pada bola kaki, juga mendorong Yoyok untuk menghidupkan antusiasme masyarakat di bidang sepak bola. Kepeduliannya ini ia mulai dengan menyalurkan bakat sepak bola anak-anak muda Bawang dengan membidani lahirnya PS Merpati atau Laskar Gunung Prau U-20. Yoyok berharap dengan wadah yang dibentuknya tersebut mampu memberikan kontribusi yang positif bagi penyediaan lahirnya pesepakbola berbakat di Batang.
Kehidupan Yoyok dipenuhi kesibukan menjadi entrepeuner dan tokoh muda yang peduli pada masalah sosial, dengan pulang balik Papua-Jakarta-desa Bawang. Tidak dikira itu menjadi perhatian banyak tokoh masyarakat dan para kyai di Bawang. Ceritanya malam itu di Gor Bawang, pukul 20.00 WIB, mereka meminta Yoyok untuk lebih konsentrasi di kabupatennya sendiri. Tahun ini Batang, ada momentum perubahan yang menentukan yakni Pilkada, kata seorang tokoh masyarakat kepada Yoyok. Karena itu kami meminta dengan sangat agar saudara Yoyok bismilah berusaha maju ke pemilukada, lanjutnya. Tentu pilihan yang tak mudah bagi Yoyok dan juga keluarganya untuk menerima aspirasi tersebut menyadari perpolitikan di Batang di bawah dominasi kekuasan yang kuat dan akan melanggengkannya. Perlu waktu cukup lama dorongan itu dipikirkan masak-masak.
Ia merunut kembali perjalanan hidupnya. Dan setelah mendapat pertimbangan dan terutama restu bundanya, dan restu hampir seluruh kyai di Bawang maka di pertemuan berikutnya Yoyok kemudian menerima panggilan itu. Sayup sayup Yoyok teringat pepatah Jerman, Und Setz ihr nicht das leben ein, nie wird euch das leben gewonen sein ...bahwa hidup yang tak pernah dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan! Ya memenangkan hidup bukan sekedar untuk pribadinya, namun untuk perubahan kehidupan bersama di Batang yang lebih baik.
Route perjalanan hidup yang cukup bergolak walau dalam usia yang relatif muda, memang menggambarkan Yoyok kesederhanaan anak nggunung namun dengan vitalitas dan daya gerak yang tinggi. Dan kebutuhan kepempinan dasar dimanapun termasuk di Batang ke depan memerlukan vitalitas dan darah segar seperti sosok Yoyok muda ini. Jaringan dan pengalamannya memimpin bisnisnya adalah juga modal yang cukup potensial untuk kepemimpinan yang dapat merubah Batang lebih sejahtera ke depan.
Ayo Bareng Nggawe Sejahtera Batang, Utamane Rakyate!
Sejak awal abad 18, orang orang Eropa telah memanfaatkan jalur perdagangan yang berpusat pada pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pesisir utara, termasuk kota Batang. Mereka juga telah mengenal kualitas tanah dan perkebunan yang hebat sepanjang jalur lingkar timur laut ke selatan Batang. Kiranya Pemimpin dan masyarakat Batang dapat belajar untuk mengelola warisan masa lalu ini demi masa depan Batang (catatan diskusi MBB: “Batang Dulu, Kini dan Esok,” dalam Suara Merdeka: 22 Mei 2011)
Tragisnya kemiskinan masih menempati persoalan utama Batang hari ini. Dua kali periode rezim pemerintahan yang mendaku marhenisme sebagai ideologinya, dengan program-program pembangunannya, ternyata juga belum bisa menyentuh persoalan mendasar ini. Sampai akhir 2010, penduduk miskin masih mencapai 77.411 jiwa atau 11,05 persen dari total penduduk Batang sebanyak 809.897. Angka ini baru yang tercatat dalam statistik. Di realitas masyarakat, angka kemiskinan diperkirakan jumlahnya lebih besar lagi.
Kemiskinan ini ternyata bersambung urat dengan kondisi desa-desa tertinggal di Batang. Dari data yang ada, jumlah desa tertinggal di Batang mencapai 123 buah, dari 239 desa dan 9 kelurahan. Ini artinya pemerintahan Bambang Bintoro yang dalam janji kampanye pro wong ndeso juga belum memprioritaskan pembangunan kawasan pedesaan sebagai basis terbesar penanganan kemiskinan. Meskipun ada anggaran dari APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten, namun program-program pengentasan kemiskinan belum terlihat nyata tercapai di lapangan.
Petunjuk lain yang memprihatinkan dari tingginya angka kemiskinan itu adalah masih banyaknya kasus gizi buruk dan busung lapar di Batang. Data Dinas Kesehatan Batang, tercatat ada 99 penderita gizi buruk yang ditemukan sampai Oktober 2010. Mereka tersebar merata di berbagai wilayah di Batang dan berasal dari keluarga miskin. Banyaknya kasus gizi buruk dan busung lapar menunjukkan penanganan kemiskinan tidak maksimal karena aspek mendasar kebutuhan pangan justru belum terpenuhi.
Selain problem utama kemiskinan, Batang juga dihadapkan pada problem-problem lain yang tak kalah krusial. Pada bidang kesehatan, belum ada jaminan yang kokoh dan mudahnya mereka yang lemah dan tak mampu ketika sakit untuk berobat. Pemerintah kabupaten yang mestinya memberikan jaminan kesehatan ternyata masih jauh dari harapan. Program Jamkesda untuk membantu warga miskin berobat masih sering dikeluhkan masyarakat. Di tengah persoalan ketidakpuasan masyarakat akan pelayanan tersebut, tiba-tiba masyarakat dikejutkan dengan kenaikan tarif RSUD Batang lebih dari 300%, pada awal tahun 2011 ini. Sementara pada tingkat ketahanan kesehatan masyarakatnya, juga masih dipenuhi dengan kekurangan makanan dan gizi yang cukup, serta daya tahannya dari berbagai penyakit endemik yang menyerang warga di berbagai desa. Sebutlah serangan penyakit endemik kusta yang kini telah menyebar di sepuluh kecamatan. Hingga Januari 2011, ada tujuh kecamatan yakni Warungasem, Batang, Tulis, Gringsing, Subah, Tersono dan Kandeman yang selama beberapa tahun terus terjadi kasus kusta.Banyaknya kasus penderita HIV/AIDS juga menambah deretan panjang persoalan kesehatan di Batang. Dari data yang ada, jumlah penderita HIV/AIDS diperkirakan sudah lebih dari 120 orang. Angka ini termasuk tinggi, sebab secara teori, jika ada satu orang penderita HIV yang terdeteksi, berarti ada sekitar 100 orang yang belum terdeteksi. Data Komisi Pemberantasan AIDS (KPA) Batang mencatat mereka yang terkena kasus HIV/AIDS bukan hanya mereka yang dekat atau berprofesi di lingkungan rawan penyakit ganas ini; namun juga telah mengena mereka yang di luarnya. Tercatat sudah ada 11 orang ibu rumah tangga dan 3 anak-anak telah tertular HIV. Pensebaran penderita HIV/AIDS juga telah terjadi di hampir seluruh kecamatan, yakni di 13 kecamatan dari 15 keseluruhan kecamatan yang ada di Batang. Ironisnya, meski penderita HIV/AIDS tinggi anggaran di APBD untuk menangani masih sangat minim. Untuk penanganan penyakit infeksi menular seksual (IMS) juga cuma Rp. 12 juta di tahun 2011. Padahal IMS merupakan pintu masuk tertularnya penyakit HIV/AIDS.
Pada bidang pendidikan, Batang sebagaimana daerah lain, ditandai dengan belum meratanya akses pendidikan tingkat menengah atas untuk kebanyakan penduduknya. Hal ini disebabkan karena biaya pendidikan masih relatif tinggi, juga karena problem kemiskinan warganya. Problem pendidikan di Batang juga berkait dengan rendahnya mutu dan prestasi pendidikannya yang secara umum masih menempati peringkat bawah di tingkat propinsi Jawa Tengah.
Pada bidang pengembangan ekonomi, tampaknya potensi ekonomi Batang belum sepenuhnya terkelola dengan baik. Pada kota Limpung di sisi selatan timur, dan Bandar di sisi selatan barat memang telah tumbuh menjadi dua kota satelit yang cukup berkembang, dengan cukup berjalannya ekonomi riil di masyarakatnya dari penampungan berbagai hasil pertanian. Namun penilikan lebih seksama pertumbuhan ekonomi di dua daerah ini belum sepenuhnya kuat. Terutama berkait dengan sifatnya menjadi basis ekonomi pertanian yang benar-benar dapat konstan dan menjamin lebih kesejahtreraan warganya yang mayoritas petani. Sifat perkembangan ekonominya masih bertumpu pada segelintir orang, dan belum dapat keluar dari wilayah permainan tengkulak, serta juga ketergantungannnya de-ngan dinamika pasar di luarnya. Usaha-usaha pengolahan yang mungkin sifatnya dapat menjadi pilar yang lebih kokoh bagi ekonomi pertanian warga nya tampaknya juga belum didorong menjadi basis ekonomi warganya yang lebih mapan. Pengembangan home agro bisnis seperti berjalan di tempat karena belum adanya dukungan yang konsisten dari pemerintah. Sementara untuk kecamatan-kecamatan lainnya terutama yang di pesisir, walau letaknya sangat strategis perkembangan ekonominya sangat lamban. Boleh dibilang pada kecamatan-kecamatan ini meski dilalui jalur pantura yang strategis masih hanya menjadi kota lewatan. Kita hanya masih dikenal hanya dengan Alas Robannya dan bukan yang lainnya yang menunjukkan satu kota dengan adanya produktifitas atau ekowisata yang menjadi tujuan dengan sifat ekonomi yang menjanjikan.
Problem lain yang tak kalah memperihatinkan dan memperparah Kabupaten Batang kini adalah kondisi dan mentalitas birokrasi yang tersandera oleh politik oligarki partai, yang pada dataran tertentu menjadikan birokrasi kurang dapat bekerja dengan penuh daya guna, dan --maaf-- juga sempat menghilangkan kewarasan. Akibatnya, seperti dapat diduga beberapa pembangunan fasilitas dan pelayanan publik sempat tersendat dan bahkan mandeg. Di masa terakhir kepemimpinan Bupati Bambang Bintoro masyarakat dikejutkan oleh banyaknya kasus-kasus korupsi yang diusut oleh Kejaksaan Negeri Batang. Kasus ini telah menyeret beberapa aparat birokrasi, terutama mereka yang menjadi pejabat pembuat komitmen (PPKom) dan rekanan masuk ke penjara. Banyaknya kasus hukum yang terjadi, menunjukkan pada satu sisi kinerja Pemkab terkait korupsi dan penyalahgunaan wewenang cukup memprihatinkan, di tengah masih banyaknya warga miskin yang ada di Batang.
Dengan problem kemiskinan yang masih akut dan juga pada tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakatnya yang rendah, serta pada saat yang bersamaan terjadi salah urus pada kinerja pemerintahannya, tidak mengejutkan kemudian jika peringkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Batang menempati posisi empat besar terendah di Jawa Tengah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Batang berada di peringkat ke-32 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Batang berada hanya di atas sedikit dari Kabupaten Banjarnegara di peringkat 33, Pemalang di peringkat 34 dan Brebes di peringkat buntut, 35. Dengan angka hanya 69,89, IPM di Batang juga masih di bawah standar rata-rata IPM Jateng yang berkisar pada angka 72,10.
Problem minus perbaikan kesejahteraan sosial-ekonomi di Batang dan lambannya kinerja birokrasi dalam pelayanan publik seperti terurai di atas jelas menunjukkan kegagalan rezim yang berkuasa saat ini. Dalam banyak hal, tampaknya pemenuhan hak-hak sosial ekonomi (kesejahteraan) tidak pernah sungguh-sungguh diniatkan. Perumusan kebijakan publik juga tampak abstrak dan jauh dari persoalan kesejahteraan. Kalaupun terdapat kebijakan yang ‘berbau’ hak-hak sosial ekonomi, kebijakan itu lebih merupakan akibat sampingan dari pada menjadi tujuan utama. Kebijakan itu bukan pertama-tama ditujukan untuk menghormati, melindungi atau memenuhi hak-hak sosial ekonomi warga Batang.
Dalam tataran kebijakan yang paling kongkrit (material) – seperti anggaran – tampak perencanaan dan implementasi anggaran di Batang diperuntukan untuk ‘royal pada diri sendiri’. Anggaran-anggaran belanja pegawai dan kepanitiaan-perjalanan dinas mendominasi seluruh anggaran pemerintahan daerah dibanding dana untuk kepentingan publik. Rata-rata tujuh puluh lima (75%) dari pengeluaran dibelanjakan untuk keperluan para birokrat. Anggaran sejak awal direncanakan lebih banyak untuk para penyelanggara negara dan kroni mereka bahkan kalau mungkin dicurangi untuk setoran–setoran gelap bawah tangan. Langkah-langkah terobosan meningkatkan PAD juga tak tampak. Sementara itu Musrenbang yang dimaksudkan sebagai perencanaan partisipatif tidak lebih dari sebuah festival untuk merayakan demokrasi namun kehilangan substansi partisipasi. Keadaan ini membuat banyak kepala desa malu dan enggan melakukan Musrenbang karena aspirasi warganya yang sudah diusulkan lewat proses Musrenbang tak jelas juntrungnya.
Mempertimbangkan berbagai problema di atas, tanpa mengurangi keterlibatan dan faktor-faktor politik lainnya, perubahan kepimpinan politik Batang ke depan melalui Pemilukada 2011 menjadi sangat menentukan. Dan itu adalah dibutuhkannya kepemimpinan dengan kapasitas transformatif. Konsep kepemimpinan ini, pertama, adalah mereka yang dapat mengambil jarak dengan pusaran rezim oligarki partai yang berkuasa sekarang. Artinya mereka adalah orang atau kalangan yang relatif tidak tersandera dan kritis terhadap gaya politik rezim kini. Namun pada saat yang sama mereka adalah yang memiliki komitmen dan kapasitas untuk merangkul dan tetap bekerjasama dengan banyak komponen kekuatan politik kritis dan masyarakat di Batang. Kedua, mereka adalah yang memiliki kompetensi berkait dengan pemahaman kondisi riil persoalan politik dan akar masalah problem Batang. Ditambah dengan kapasitas berkait dengan modal komitmen politik “memakmurkan Batang”. Komitmen ini berkaitan erat dengan motif berkuasa bukan untuk mencari kekayaan finansial pribadi, dan track recordnya juga relatif bersih dan sudah teruji. Ketiga, transformatif berkait dengan memiliki kapasitas untuk melakukan terobosan pada anggaran dan pembesaran PAD, dan juga pengembangan potensi ekonomi yang ada di Batang.
Konsep kepemimpinan transformatif ini kiranya dapat membantu mendefenisikan beberapa kebutuhan penyelesaian paling dasar dari persoalan di Batang sebagaimana terurai diatas; sekaligus juga mengambarkan kebutuhan minimal dari kepemimpinan alternatif di Batang masa depan.
Pemilukada Batang yang akan berlangsung pada akhir tahun 2011 adalah momentum menentukan untuk hadirnya kepemimpinan transformatif tersebut. Dan mendasarkan pada kompetensi dan modal pasangan Calon Bupati Yoyok-Sutadi (Yodi) sebagaimana tergambar dalam visi misi dan profilenya--lihat lebih detail dibawah--, adalah tepat memenuhi kriteria kepemimpinan jenis ini. Pemikiran dan hati yang jernih karenanya juga tidak dapat menolak sosok mereka berdua sehingga layak didukung serta dipilih untuk membuka jalan dan membawa kapasitas perubahan (transformatif) di kabupaten Batang.
Sekilas Visi dan Misi calon
Gambaran singkat visi Batang dari (YODI) adalah bagaimana ke depan pemerintahan dapat efektif, bersih, dan menguatkan ekonomi daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Batang.Dalam menetapkan visi ini telah dirumuskan beberapa prasyarat (yang dapat juga digambarkan sebagai abstraksi misi dan program dalam bentuknya yang masih sederhana) yang kami anggap penting. Yakni pertama menyangkut perlunya sejak awal bersama-bersama membangun Batang dengan konsolidasi multi stake holder. Konsolidasi dikembangkan baik pada tataran birokrasi ke bawah dan ke samping, kelompok prosefional-asosiasi seperti guru, pengusaha, ormas keagamaan, maupun masyarakat politik, sampai kelompok sektoral (petani, buruh dan nelayan). Kami (paslon) nggak bisa bekerja sendiri tanpa kerjasama dan dukungan semua komponenen yang tersebut di atas. Di sini termasuk juga kebutuhan membangun komunikasi yang intensif dengan parlemen daerah sebagai mitra yang amat penting. Kedua kebutuhan membangun mentalitas baru birokrasi agar bisa bekerja penuh daya guna. Ini memang didasarkan pada kenyataan kondisi internal birokrasi di Batang sekarang yang sering dihadapkan pada kenyataan untuk berpikir minimalis, (kita cukupkan yang ada ajalah). Boro boro membuat terobosan, mau melangkah dan bekerja saja banyak sribetannya. Mentalitas birkorasi kita lebih didasarkan sifat frustasi, sementara masyarakat cenderung apatis. Ini dapat dipahami pada aras struktural memang menyebabkan situasi lebih menyandera dan menghilangakan kewarasan ( dampak elit capture dan oligarki partai). Pointnya bagaimana birokrasi dapat bekerja penuh daya guna. Termasuk disini memberikan porsi penguatan pada birokrasi desa dengan memberikan penguatan kompetensi,ketrampilan, dan penghargaan honor yang memadai pada perangkat desa. Suasana harus dibentuk agar orang bisa bekerja itulah yang terpenting. Kita harus hentikan kabupaten ini kabupaten milik satu partai apalagi keluarga. Harus dibangun mentalitas baru dan rencana rencana strategis baru.
Ketiga, bahwa kita harus berangkat dari kondisi obyektif-subyektif Batang di berbagai bidang strategis dan mendasar, dengan rumusan akar persoalannya, dan harus berani melakukan berbagai kebijakan terobosan dalam hal-hal menyangkut kebutuhan dasar rakyat (aspek pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi rakyat). Secara strategis akan diwujudkan bagaimana sustainaibelitas lulusan anak didik tingkat menengah pertama ke menengah atas dengan mengembangkan dukungan nyata pembangunan fasilitas pendidikan baru, yang variatif-kreatif. Pun demikian pada dukungan yang lebih nyata pada penguatan pendidikan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup aspek kecakapan personal (budi pekerti/akhlak), social, akademik dan vocasional. Sementara pada bidang kesehatan bagaimana mewujudkan jaminan yang kokoh dan mudahnya mereka yang lemah dan tak mampu ketika sakit untuk berobat dengan pelayanan yang prima pada puskemas dan RSUD; dan juga pengembangan variatif daya ketahanan kesehatan masyarakatnya melalui pemenuhan dan pengelolaan yang lebih intensif pada kebutuhan dasar pangan. Pada bidang kesehatan ini juga tak kalah penting kita akan memberikan dukungan yang nyata baagi penambahan dan perluasan program Jampermas (Jaminan Persalinan Massal).
Dalam kaitan pengembangan ekonomi tentu kita harus banyak menggalang investasi dari luar. Tapi pada saat bersamaan tampaknya harus kita mulai dengan mengembangkan investasi yang kita punya yakni resource dan sumberdaya alam dan keaneka ragaman kita sendiri (Limpung-Bandar, dua kecamatan satelit wilayah selatan). Kita harus menyadari dalam kontek ini selalu bilang susah, meski yang sebenarnya yang terjadi, adalah karena kita dipaksa oleh cara berpikir (mindset) untuk kita telantarkan dan musnahkan sumberdaya itu.
Di kota akan dikembangakn sektor informal dan jasa serta industri pengelohan yang kuat. Pada aras pesisir dipikirkan betul bagaimana merevitalisasi dan mengamankan pendapatan nelayan. Sementara pada aras rural (desa) kami akan melakukan terobosan dengan budidaya pertanian yang lebih masif namun sadar lingkungan, dan serentak dengan ini membangun home industri pengolahan hasil hasil pertanian. Terakhir adalah bagaimana penjagaan pada suasana damai namun dinamis dengan mengembangkan komunikasi yang intensif antar berbagai kelompok masyarakat di batang sebagai bagian dari menjunjung tinggi HAM dan menghormati kebebasan berpendapat dalam masyarakat.
VISI MISI YOYOK-SUTADI
VISI
Pemerintahan yang efektif, bersih, dan penguatan ekonomi daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Batang
MISI
1. Penataan birokrasi di semua tingkatan demi terciptanya pemerintahan yang berdaya dan berhasil guna, good governance dan meningkatkan pelayanan publik.
2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang peningkatan ekonomi daerah dan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
3. Menciptakan iklim investasi yang baik dan mendukung usaha pengembangan ekonomi yang berorientasi pada peningakatan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah.
4. Meningkatkan perekenomian lokal dengan mendukung UKM dan pasar tradisional serta sector informal.
5. Mewujudkan ketersediaan pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya demi meningkatkan produktifitas pertanian beserta pemasaran hasilnya.
6. Mewujudkan sustainaibelitas lulusan anak didik tingkat menengah pertama ke menengah atas dengan mengembangkan dukungan nyata pembangunan fasilitas pendidikan baru, yang variatif-kreatif.
7. Melakukan dukungan yang lebih nyata pada penguatan pendidikan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup aspek kecakapan personal (budi pekerti/akhlak), social, akademik dan vocasional.
8. Mewujudkan jaminan yang kokoh dan mudahnya mereka yang lemah dan tak mampu ketika sakit untuk berobat dengan pelayanan yang prima pada puskemas dan RSUD.
9. Pengembangan variatif daya ketahanan kesehatan masyarakatnya melalui pemenuhan dan pengelolaan yang lebih intensif pada kebutuhan dasar pangan.
10. memberikan dukungan yang nyata baagi penambahan dan perluasan program Jampermas (Jaminan Persalinan Massal).
11. Menjunjung tinggi HAM dan menghormati kebebasan berpendapat.
Log frame:
STRATEGI DAN PROGRAM KERJA
Sebagai perwujudan untuk menerapkan visi dan misi diatas, diperlukan beberapa strategi dan program kerja antara lain:
1. Bidang Pertanian
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian menuju industri pertanian
- Penyediaan yang cukup untuk pupuk, obat-obatan dan benih unggul
- Pembuatan lapak hasil panen pertanian di pasar-pasar induk hasil pertanian di kota besar seperti Jakarta
- Pembenahan sarana irigasi
- Penyuluh pertanian lebih intensif untuk terjun langsung ke petani
2. Bidang Nelayan
- Peningkatan fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang lebih berpihak kepada nelayan.
- Pengerukan muara sungai
- Penyediaan dan penyaluran dana paceklik secara transparan dan akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan
- Penyediaan asuransi dan jaminan social untuk Nelayan
- Mempermudah penyaluran kredit untuk modal bagi Nelayan.
3. Bidang Perdagangan
- Perbaikan dan menjaga kelangsungan pasar-pasar tradisional
- Peningkatan sektor perdagangan dengan basis kerakyatan
- Menolak/membatasi minimarket yang bisa menghancurkan pedagang kecil
4. Bidang Industri
- Menarik investor untuk membuka industri yang padat karya
- Membuka industri yang berbasis potensi lokal
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha kecil dan menengah
- Memberikan kemudahan terhadap penyaluran kredit bagi sektor industri khususnya industri kecil dan menengah
- Industri lokal yang sudah ada seperti pembatik, pengemping, Industri bak truk, mebel, filet ikan, industri kapal ikan, dll harus menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi local
- Mengupayakan adanya bapak angkat bagi industri kecil dan menengah yang telah ada.
5. Bidang Pendidikan
- Mengupayakan pendidikan yang murah dan terjangkau bagi semua kalangan
- Menyediakan beasiswa dan dukungan bagi siswa berprestasi
- Memberikan perhatian dan penghargaan pada guru honorer
- Meningkatkan kesejahteraan pada guru Madin, TPQ, TK dan PAUD
- Meningkatkan kualitas bagi madrasah sehingga mampu memperoleh akreditasi/pengakuan dan meningkatkan sarana dan prasarananya.
- Mengoptimalkan pengawasan dan pelaksanaan anggaran dan bantuan pendidikan yang sudah berjalan agar tepat sasaran dan efektif
- Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada
- Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan memperhatikan kesejahteraannya
- Memperhatikan pendidikan informal untuk menampung masyarakat yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal.
- Mewujudkan sustainaibelitas lulusan anak didik tingkat menengah pertama ke menengah atas dengan mengembangkan dukungan nyata pembangunan fasilitas pendidikan baru, yang variatif-kreatif.
- Melakukan dukungan yang lebih nyata pada penguatan pendidikan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup aspek kecakapan personal (budi pekerti/akhlak), social, akademik dan vocasional.
6. Bidang Kesehatan Masyarakat
- Meningkatkan sarana, prasarana dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat serta pemerataannya agar dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
- Mengupayakan agar tidak ada penolakan Jamkesda pada pelayanan kesehatan
- Mengupayakan biaya kesehatan agar lebih terjangkau oleh masyarakat
- Menggemakan kembali program keluarga berencana dan program pemberian gizi tambahan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan Balita.
- Memberikan dukungan yang nyata baagi penambahan dan perluasan program Jampermas (Jaminan Persalinan Massal).
- Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan tenaga pelayan kesehatan
- Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
7. Bidang Kesejahteraan Sosial, Budaya dan Keagamaan
- Menciptakan kualitas iman dan taqwa serta memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana peribadatan
- Menciptakan suasana masyarakat yang damai dan terbebas dari konflik SARA, baik horisontal maupun vertikal.
- Memberikan rasa aman dan perlingdungan terhadap kaum minoritas.
- Memperhatikan fakir-miskin, anak terlantar serta warga kurang mampu lainnya dengan memberdayakannya agar mampu memperoleh kesejahteraan secara mandiri.
- Meningkatkan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial seperti panti asuhan, panti jombo dan balai sosial lainnya.
- Membina, memelihara dan mengembangkan seni budaya lokal Kabupaten Batang agar mampu tetap lestari dan terus berkembang.
8. Bidang Perempuan, Pemuda dan Olahraga
- Mendorong kesadaran jender dan mengoptimalkan peran perempuan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dengan tetap memperhatikan sisi kodrati perempuan sebagai ibu rumah
- Peningkatan kualitas dan peranan pemuda sebagai subyek dan obyek pembangunan
- Memelihara, meningkatkan serta membangun sarana dan prasarana olahraga, khususnya pembangunan gelanggang olahraga sebagai kebanggaan orang batang.
- Pembinaan bakat untuk meningkatkan prestasi keolahragaan sehingga mampu mengangkat nama baik Kabupaten Batang.
- Mengupayakan Persibat untuk masuk liga utama/liga super
- Penghargaan terhadap atlet berprestasi
- Penyiapan atlet usia dini
9. Bidang sarana, prasarana dan infrastruktur
- Pemeliharan, pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan di seluruh wilayah Kabupaten Batang secara terus menerus.
- Pemeliharan, pembangunan dan peningkatan sarana kelautan dan fasilitas nelayan.
- Peningkatan pembangunan infrastruktur listrik agar dapat terjangkau ke seluruh pelosok Kabupaten Batang.
- Mengembangkan sarana telekomunikasi dan media elektronik lainnya agar lebih bermanfaat untuk pengembangan ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
- Mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana transportasi agar mampu menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Batang dan membuka desa terisolir.
- Membuka jalan tembus ke Dieng
- Mencegah rob untuk menyelamatkan ribuan lahan masyarakat di sekitar pantai
10. Bidang Pemerintahan dan Birokrasi.
- Tata kelola birokrasi sesuai jobdisk dan jenjang karir
- Membatasi adanya perpanjangangan jabatan pasca pensiun.
- Pemberdayaan koperasi pegawai negeri sipil untuk peningkatan kesejahteraan.
- Menerapkan birokrasi dan manajemen pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel, dan profesionalserta bebas dari korupsi
- Menerapkan sistem keterbukaan dalam pengelolaan anggaran belanja pemerintahan daerah dan mengupayakan APBD yang berpihak pada rakyat.
- Meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
- Melakukan reformasi birokrasi secara menyeluruh, terukur serta memangkas birokrasi yang membebani masyarakat.
- Mendorong inisiatif pembangunan mulai dari bawah dan pelaksanaan pembangunan berbasis desa dengan menjadikan kepala desa dan perangkatnya sebagai ujung tombak pengelolaan dana pembangunan desa.
11. Bidang Hukum, Keamanan dan Ketertiban Umum
- Pembinaan kesadaran hukum masyarakat dan penerapan kepastian hukum dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
- Mendorong pelaksanaan hukum yang transparan, jujur dan adil dan perlakuan yang sama terhadap hukum pada setiap lapisan masyarakat.
- Memberikan bantuan dan perlindungan hokum terhadap masyarakat miskin yang membutuhkan.
- Memaksimalkan potensi aparat hukum, aparat keamanan dan ketertiban umum dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat.
- Mendorong masyarakat untuk ikut aktif terlibat dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang persatuan, kesatuan dan kesadaran akan berbangsa dan bernegara.
- Mendorong dan mengupayakan pelaksanaan demokrasi yang berkualitas dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat.
12. Bidang Pariwisata
- Peningkatan kualitas dan kuantitas industry pariwisata
- Peningkatan dan pembangunan obyek wisata yang belum terkelola secara maksimal
- Pengelolalan pariwisata dan obyek wisata dengan melibatkan masyarakat setempat
13. Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
- Penataan sumberdaya alam yang adil dan bijaksana dengan memperhatikan lingkungan untuk kelanjutan pembangunan
- Rehabilitasi kawasan lingkungan hidup yang sudah rusak
- Penataan ruang dan wilayah yang baik, konsisten dan terpadu
- Penataan kota dengan mempertimbangkan aspek lingkungan
Langganan:
Komentar (Atom)















