YODI FIGUR PALING JOSS
YODI: Pasangan Pengusaha Muda dan Mantan Birokrat Kawakan:
Diantara calon yang akan meramaikan Pilkada Batang adalah calon Bupati YOYOK RIO SUDIBYO dan H Soetadi. Ini lah calon yang memang telah berpasangan sejak mula awal. Bagaimana kans mereka untuk pemenangan?
Visi kami adalah bagaimana ke depan pemerintahan dapat efektif, bersih, dan menguatkan ekonomi daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Batang. Dan kita akan mulai dengan membangun mentalitas baru birokrasi agar mereka bisa bekerja penuh daya guna. Ini agenda yang cukup mendesak.
Kita harus berani melakukan berbagai kebijakan terobosan dalam hal-hal menyangkut kebutuhan dasar rakyat (aspek pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi rakyat).
Secara strategis akan diwujudkan bagaimana sustainaibelitas lulusan anak didik tingkat menengah pertama ke menengah atas dengan mengembangkan dukungan nyata pembangunan fasilitas pendidikan baru, yang variatif-kreatif.
Dalam kaitan pengembangan ekonomi tentu kita harus banyak menggalang investasi dari luar. Tapi pada saat bersamaan tampaknya harus kita mulai dengan mengembangkan investasi yang kita punya yakni resource dan sumberdaya alam dan keaneka ragaman kita sendiri (Limpung-Bandar, dua kecamatan satelit wilayah selatan)
Di kota akan dikembangakn sektor informal dan jasa serta industri pengelohan yang kuat. Pada aras pesisir dipikirkan betul bagaimana merevitalisasi dan mengamankan pendapatan nelayan.
Sementara pada aras rural (desa) kami akan melakukan terobosan dengan budidaya pertanian yang lebih masif namun sadar lingkungan, dan serentak dengan ini membangun home industri pengolahan hasil hasil pertanian
sosok yoyok:
Pada tahun 2008 dengan alasan, agar tidak dikatakan pecundang yang memanfaatkan jabatan militer untuk kepentingan bisnisnya, dan juga tentu setelah mendapat restu orang tuanya, ia mengambil langkah “unpredictable”. Yakni, pensiun dini dari TNI AD; dengan konsekwensi meninggalkan seluruh pundi-pundi prestasi dan pilar-pilar keberhasilan yang telah Yoyok rintis dengan keringat dan air mata selama 14 tahun berkarir di dunia militer tanpa cacat.
Lulus akademi militer tahun 1994 yang sejak 17 tahun berkarier di militer dengan cermerlang dan sangat beranibini memutuskan pensiun dini dari TNI-AD,pada saat umur masih 35 tahun dan sudah berpangkat mayor pensiun dini dari militer menyulut semangat menjadi pedagang semakin menbara dengan modal paspasan YOYOK, dalam waktu singkat telah berhasil mengembangkan usahanya dan menampung tenaga kerja 400an pemuda-pemudi se kabupaten Batang. Sekarang belajar berdagang bersama yoyok karena kepiawaian berdagang ini, kini YOYOK kerap dipanggil menjadi pembicara seminar wirausaha di beberapa perguruan tinggi di tengah kesibukanya ternyata YOYOK telah 4tahun ini andil memajukan pendidikan di kabupaten Batang dengan memberikan Beasiswa hamper di seluruh SMA Negri maupun Swasta se kabupaten Batang. Sosok pemuda ini juga terkenal gila bola terbukti telah 2 tahun lebih menjadi sponsor tunggal pembibitan sepak bola merpati ( Batang FC ) U-21 para bibit musa sekabupaten Batang, kini YOYOK RIYO SUDIBYO kembali untuk mengabdi segudang harapan besar masyarakat digantungkan pada sosok ini untuk perubahan Batang.
sosok soetadi:
Penampilannya yang sederhana dan tutur katanya yang lembut namun tegas dalam hal-hal prinsip, masih tersimpan di hati warga tiga kecamatan --Limpung, Warungasem dan Subah-- yang Soetadi pimpin. Apalagi ketika melihat sosok Soetadi yang kini telah purna dari kedinasan Setda, masih tetap sederhana dengan mobil kijang super bututnya dan rumah mungil yang jauh dari mewah. Hingga Soetadi dikenal dengan sebutan Mr. Clean.
Karena kesederhanaan dan sifat MERAKYATNYA entah mengapa pada saat pejabat diperpanjang masa jabatanya SUTADI tidak di perpanjang sendiri dan menjabat sekda 5 tahun lebih 7 bulan memiliki karir sebagai pejabat pemerintah dan selalu menduduki jabatan strategis sepanjang karirnya. Setelah pensiun SUTADI tetap saja menduduki rumah warisan di pojokan jalan A.YANI Batang karena belum memiliki rumah sendiri, ditemani dengan kijang butut miliknya. Hal menarik lainya manakala menjadi sekda dan memimpin pemilihan calon pegawai anaknya mendaftar berkali-kali juga tidak ada yang diterima, kini SUTADI telah pensiun dan menjabat ketua RT suatu kebanggan luar biasa jika SUTADI juga siap berkopetisi satu tekad dan tujuan pengabdian sekali lagi bagi sosok SUTADI untuk perubahan Batang menjadi lebih baik dan untuk menutup pengabdian sekali lagi dengan ukiran nama prestasi buat kenangan akhir hidupnya di Batang.
Keputusan pemilihan pada Yodi menunjukkan bukti bahwa tidak kebnayakan orang di Batang ini dapat dibeli dan di gadaiakan cita-cita politik untuk kemsalahatan bersamanya. Kami sadar memilih cara yang kami anggap ini benar dan semoga menjdi penerang keglapan kehidupn politik Batang yang prgamatis. Dan kami yakin dengan ini kemengann tetap tergapai. Kemenangan untuk kewarasan, akal sehat, dan pemimpin yang “hambeg para marta”, penuh akal dan pandai berbuat bagi pemenuhan kepuasan sebesar-besarnya rakyat Batang.
Yoyok putra dari pasangan H. Suripto dan Hj Mudrikah? ….. Istri dikenal namanya Tipuk asline sopo sek tak tekookke sik. Anak 2 putra semua
Profile Pasangan Calon Wakil Bupati BATANG
Meski dilahirkan di Boyolali, timur gunung Merbabu, lelaki berperawakan kecil ini sudah sebagaimana orang Batang asli, mungkin bahkan lebih dari orang–orang yang memang lahir jebrol di tanah Batang. Telah lebih 35 tahun Soetadi memang menjalani hidup dan berkeluarga di Batang. Tak tanggung-tanggung Soetadi isi kehidupan di Batang tersebut dengan menjalankan amanah silih berganti jabatan penting di Soetadi lingkungan birokrasi. Mulai dari
Sekwilcam tahun 1977 dan Camat di Limpung 1993, Camat di Warungasem 1983, Camat di Subah 1987 dan kemudian menjadi kepala Bagian Pemdes (1997) dan assisten Adminitrasi di Setda Batang pada tahun 1999, hingga naik menjadi Kepala Bapeda 2001, dan kembali lagi di Setda sebagai orang nomer satu pada bulan Februari 2004-2009.
Jabatan dan jejak pengabdian itulah yang lalu banyak orang menyebut ia sebagai sosok yang telah hafal rasanya asam garamnya birokasi. Warga di mana Soetadi berdinas memang mencatat sosok Soetadi sebagai birokrat yang mumpuni di setiap tugasnya dan meninggalkan jejak kemajuan yang baik di daerah di mana Soetadi memegang kepimpinan. Penampilannya yang sederhana dan tutur katanya yang lembut namun tegas dalam hal-hal prinsip, masih tersimpan di hati warga tiga kecamatan --Limpung, Warungasem dan Subah-- yang Soetadi pimpin. Apalagi ketika melihat sosok Soetadi yang kini telah purna dari kedinasan Setda dengan pangkat terakhir golongan IV e- suatu pangkat tertinggi dan masih satu-satunya dikalangan pejabt Pemda (PNS) di Batang, masih tetap sederhana dengan mobil kijang super bututnya dan rumah mungil, peninggalan mertuanya yang jauh dari mewah.
Birokrat sejati mungkin itu gambaran yang tepat atas sosok Sutadi. Kesejatian itu memang ia bentuk dari kiprah dan perannya saat bertugas, yang bukan sekedar untuk jabatannya tapi pada pilihan untuk bermakna bagi liyan melalui jalan kepamongprajaan sebagai pilihan hidupnya. Sebagai seorang birokrat Sutadi adalah birokrat plus, kenang seorang warga biasa dari kecamatan Limpung. Sosok Sutadi memang tak dapat dilepaskan dengan kepercayaannya akan jalan musyawarah sebagai sikap kepemimpinannya. Dan cerita demikian tidaklah mengada-ada. Saat ada sengekta berkait 23 kios pasar yang sudah sampai putusan PK oleh pengadilan namun tak kunjung pupus di Limpung, Sutadi kala itu tampil dengan ringannya membantu menfasilitasi pemecahannya. Singkat cerita dengan waktu dan rumahnya yang dipakai untuk berkali-kali pertemuan, sengketa itu dapat terpecahkan dan diakhiri. Cerita dan pengalaman ini akhirnya bukan hanya diterima hasilnya oleh para pihak yang bersengketa, namun memberi keyakinan manusia birokrat Sutadi akan arti penting nilai–nilai caracara musyawarah untuk mufakat dalam penyeleisan kasus yang ditemui dalam kedinasan berikutnya.
Bagi Sutadi, nilai kedinasan yang menjadi prinsipnya juga jauh untuk tidak selalu ABS dan dengan andalan jenjang kepangatan apalagi dengan sok kuasa dan bentak-bentak terhadap anak buah. Prinsip anti kekerasan ini kiranya telah jadi pilihannya selama perjalanan dinasnya. Walau ia sendiri pernah menyebutnya dulu ada satu pendidikan yang diikutinya untuk memakai cara militer seperti itu. Sosok Sutadi yang lebih mendahulukan cek-ricek dengan pola santun ini muncul, karena sutadi memng melihat manusia adalah sama . Sebgaiamana ia pernah dapatkan dari pengalaman yang sama bahwa kebenaran dan pengetahuan tidak memandang status kaya miskin, termasuk dari tukang becak sekalipun kala ia ngobrol bersamanya di awal awal menjadi camat baru di Warung Asem.
Pepatah mengatakan the right man in the right place kiranya tepat menggambarkan profesionalisme Soetadi dalam tugas kepamongprajaan. Pengalaman panjang sosok Soetadi dalam bidang birokrasi ini menjadi langka dan kiranya sayang untuk dibiarkan terbuang dengan habisnya waktu bagi saat menentukan perubahan birokrasi Batang lebih baik ke depan.
Masa kecil pendidikan Soetadi diselesaikan di Solo hingga lulus dari SMAN 1 Surakarta. Masa muda dengan cita-cita mulai terbentuk untuk menjadi pamong praja membuat Soetadi pindah ke Semarang untuk menyelesaikan APDN Semarang pada tahun 1972-1975. Setelah satu tahun dari kelulusan APDN di Semarang inilah sosok muda Soetadi datang ke Batang, suatu kota yang kemudian berpuluh-puluh tahun berikutnya menjadi rumah pengabdiannya dan tak pernah ditinggalkannya. Di Batang pula Soetadi sembari mengabdikan dalam kedinasan pemerintahan memperdalam ilmu hukum di Universitas Pekalongan dan lulus tahun 1998. Rupanya kehausan akan ilmu untuk menjadi referensi bagi pengadiannya di pemerintahan belum terpenuhi hingga Soetadi masuk pendidikan tingkat Megister Manajemen yang ia selesaikan di Universitas Trianandra Jakarta pada tahun 2004.
Berpuluh-puluh tahun Soetadi mengabdi di lingkungan birokrasi pemerintahan dan telah memberikan bekal pengalaman yang tak terhingga bagi Soetadi. Hingga menjadi pensiunan, Soetadi seperti di saat berada di Setda seringkali mendengarkan dan memikirkan keluh kesah dari para teman-teman koleganya dulu di lingkungan birokrasi dan membantu untuk menyelesaikannya. Dan banyak peristiwa yang harus dilaluinya hingga pada kesimpulan dan keyakinannya bahwa jika salah urus Batang ini dibiarkan terus menerus terjadi maka akan semakin memperparah kondisi Batang. Keyakinan itu pula yang memberikan energi baru bagi Soetadi dari yang seharusnya telah pensiun, dan menikmati menjadi sekadar ketua RT, merasa harus melanjutkan pengabdiannya bagi warga Batang, menemani Yoyok Riyo Dibyo, bersama-sama mendorong terwujudnya sejahtera di Batang, terutama bagi rakyat Batang.***
Profile Pasangan Calon Bupati BATANG
Lahir dari ibu bernama Hj. Siti Kodriyah dan ayah H. Suripto, masa kecil Yoyok tumbuh di .. Bawang, tlatah pegunungan yang agamis. Masa pendidikan dasar hingga menengah pertama ia habiskan juga di daerah yang sama, di kaki bukit Gunung Perahu. Baru saat melanjutkan pendidikan menengah atasnya, Yoyok melanjutkan di luar kotanya. Yakni di SMAN 1 Batang.
Selama bersekolah, dalam bidang pelajaran Yoyok dikenal sebagai siswa yang cerdas. Sementara oleh teman-teman sebayanya dalam pergaulan ia dikenal cukup sederhana. Namun di balik kesederhanaannya, ia dikenal juga sebagai pribadi yang tekun dan gigih dengan apa yang diinginkan dan diyakininya.
Sikap ini terlihat jelas setelah Yoyok lulus dari SMAN 1 Batang. Masuk AKMIL adalah cita-citanya, namun kesempatan belum diperolehnya. Masa dua tahun ia paksakan dirinya kuliah di UNDIP Semarang. Toh dengan ketekunan dan kegigihannya Yoyok akhirnya berhasil masuk AKMIL pada tahun 1991.
Setelah lulus AKMIL, sosok anak muda nggunung ini kemudian merampungkan Pendidikan Dasar Kecabangan Arhanud di Junrejo, Batu Malang tahun 1995. Dengan pangkat Letnan Dua Arhanud yang terpasang dipundaknya Yoyok memulai karir militer pertamanya dengan memasuki Satuan Batalyon Arhanudse 6 Kodam Jaya. Beberapa jabatan penting kemudian dipangku mulai dari Kepala Seksi Intelijen Batalyon Arhanudse-6, dan Perwira Seksi Operasi Detasemen Intelijen Kodam Jaya Jakarta pada tahun 2001. Perkembangan dan gerak anak dari Desa Bawang ini mulai meluas dan terbuka saat menjadi Komandan Badan Koordinasi Intelijen Daerah Jakarta Selatan pada tahun 2002. Tidak lama dipercaya tugas ini, Yoyok kemudian diberi mandat yang lebih besar dengan menjadi Komandan Koramil 03 Tanjung Priok dan merangkap sebagai Perwira Seksi Intelijen Kodim Jakarta Utara pada tahun 2002-2003. Pada masa inilah bakat kemimpinan mulai tampak nyata dengan kegigihannya berhasil membangun markas Koramil, walau tidak ada dana resmi dari Kodam Jaya.
Pada tahun 2004, dari posisi Danramil, Yoyok ditarik kembali di Kepala Sub Direktorat Pengerahan dan Penggalangan Massa Deputi V di Badan Intelijen Negara (BIN). Pada masa tugas karir di BIN ini ia sempat mendapat kepercayaan yang penuh dari atasannya. Yaitu ketika Yoyok ditunjuk kembali untuk menduduki jabatan strategis dan penting yang seharusnya dijabat oleh seniornya berpangkat dua tingkat lebih tinggi dari pangkat kapten Yoyok saat itu. Di lingkungan barunya ini Yoyok terus berusaha beradaptasi dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga akhirnya pimpinan memberikan kepercayaan untuk tugas ke daerah Papua pada tahun 2004. Tugas di Papua- di timur jauh Indonesia, bagi Yoyok adalah tugas yang harus dilaksanakan.
Di Papua, suatu saat, berawal dari penyamarannya sebagai pedagang, Yoyok akhirnya belajar berdagang sungguhan. Ia mulai menjalankan bisnis ritel dari ruang sepetak. Bermodal naluri bisnis yang mengalir dari orang tuanya yang pedagang, usaha bisnis pribadinya ini ternyata berjalan, dan bahkan dalam waktu singkat berkembang dengan baik. Toh di tengah kemajuan bisnis yang digeluti, Yoyok memang harus mulai berpikir ia berada dalam dua “dunia” yang semestinya harus dipisahkan. Suatu pengambilan keputusan hidup yang tak mudah diantara melepas profesi yang menjadi cita-citanya sejak kecil dengan kesuksesan baru dalam bisnis-- yang juga lahir dari ketekunannya dari bawah. Dan akhirnya keputusan itu lahir. Pada tahun 2008 dengan alasan, agar tidak dikatakan pecundang yang memanfaatkan jabatan militer untuk kepentingan bisnisnya, dan juga tentu setelah mendapat restu orang tuanya, ia mengambil langkah “unpredictable”. Yakni, pensiun dini dari TNI AD; dengan konsekwensi meninggal kan seluruh prestasi dan pilar-pilar keberhasilan yang telah ia rintis selama 14 tahun berkarir di dunia militer tanpa cacat. Ia pilih jalannya sendiri.
Waktu terus berjalan, bisnis yang ditekuni Yoyok mengalami kemajuan yang sangat pesat. Langkah bisnis Yoyok terus melaju dengan PT. Smile Papua dan PT. Papua Maju Sejahtera yang salah satunya bergerak dalam bisnis distro. Karena itu ia membutuhkan banyak tenaga pemuda. Dan tagertannya tidak lepas juga diambil dari pemuda daerah asalnya, Batang. Bukan sekedar menampung pekerjaan, Yoyok juga mendidik serta melatih ratusan tenaga muda-mudi se-asalnya itu menjadi pelaku bisnis handal yang bergabung dengan perusahaan yang ia pimpin.
Manajer handal tapi sekaligus punya kepedulian dengan yang lain tampaknya kian menyatu dalam sosok Yoyok. Dan itu nyata saat ia ikut sedikit berkontribusi dalam bidang pendidikan dengan memberikan beasiswa kepada siswa-siswi SMA berprestasi dari keluarga tak mampu. Program ini sudah berjalan selama 4 tahun mulai tahun 2008 hingga sekarang, yang dulu diawali di SMAN 1 Batang- tempat dulu Yoyok sekolah Hingga saat ini ada 536 siswa SMA negeri maupun swasta yang berprestasi dan kurang mampu yang tersebar di SMA sekab Batang telah mendapat beasiswa. Kerjasama dengan sekolah SMA pun dilanjutkan sampai pada tahap penandatanganan MoU untuk menyediakan tenaga kerja di perusahaan yang didirikannya. Kepedulian yang sama juga terlihat saat ia ikut menemani proses pemberdayaan beberapa Pesantren di Bawang, tempat lingkungannya Yoyok waktu kecil dengan suasana agamisnya. Yakni, dengan cara memberikan modal dan bimbingan usaha untuk dikembangkan Pesantren itu sendiri.
Hobi dan cintanya pada bola kaki, juga mendorong Yoyok untuk menghidupkan antusiasme masyarakat di bidang sepak bola. Kepeduliannya ini ia mulai dengan menyalurkan bakat sepak bola anak-anak muda Bawang dengan membidani lahirnya PS Merpati atau Laskar Gunung Prau U-20. Yoyok berharap dengan wadah yang dibentuknya tersebut mampu memberikan kontribusi yang positif bagi penyediaan lahirnya pesepakbola berbakat di Batang.
Kehidupan Yoyok dipenuhi kesibukan menjadi entrepeuner dan tokoh muda yang peduli pada masalah sosial, dengan pulang balik Papua-Jakarta-desa Bawang. Tidak dikira itu menjadi perhatian banyak tokoh masyarakat dan para kyai di Bawang. Ceritanya malam itu di Gor Bawang, pukul 20.00 WIB, mereka meminta Yoyok untuk lebih konsentrasi di kabupatennya sendiri. Tahun ini Batang, ada momentum perubahan yang menentukan yakni Pilkada, kata seorang tokoh masyarakat kepada Yoyok. Karena itu kami meminta dengan sangat agar saudara Yoyok bismilah berusaha maju ke pemilukada, lanjutnya. Tentu pilihan yang tak mudah bagi Yoyok dan juga keluarganya untuk menerima aspirasi tersebut menyadari perpolitikan di Batang di bawah dominasi kekuasan yang kuat dan akan melanggengkannya. Perlu waktu cukup lama dorongan itu dipikirkan masak-masak.
Ia merunut kembali perjalanan hidupnya. Dan setelah mendapat pertimbangan dan terutama restu bundanya, dan restu hampir seluruh kyai di Bawang maka di pertemuan berikutnya Yoyok kemudian menerima panggilan itu. Sayup sayup Yoyok teringat pepatah Jerman, Und Setz ihr nicht das leben ein, nie wird euch das leben gewonen sein ...bahwa hidup yang tak pernah dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan! Ya memenangkan hidup bukan sekedar untuk pribadinya, namun untuk perubahan kehidupan bersama di Batang yang lebih baik.
Route perjalanan hidup yang cukup bergolak walau dalam usia yang relatif muda, memang menggambarkan Yoyok kesederhanaan anak nggunung namun dengan vitalitas dan daya gerak yang tinggi. Dan kebutuhan kepempinan dasar dimanapun termasuk di Batang ke depan memerlukan vitalitas dan darah segar seperti sosok Yoyok muda ini. Jaringan dan pengalamannya memimpin bisnisnya adalah juga modal yang cukup potensial untuk kepemimpinan yang dapat merubah Batang lebih sejahtera ke depan.
Langganan:
Komentar (Atom)













